kota tiba-tiba meledak dalam arlojimu
mengirim kebingungan
sebagai penyair, aku pun mengutip sajak-sajakmu
tanpa sempat menyesalkan banyak hal
atau melukis kota-kota dengan semangat air mata
syukur, aku tak sempat mencatat cerita demi cerita
dari republik terluka
hingga tak ada yang perlu ditunda
tidak ada yang harus terluka
kota yang meledak adalah kehangatan sejarah
melingkar pada musim-musim sunyi
aku menjadi sangat menikmati setiap detak
jantung air mata
juga seluruh suara-suara yang meluncur dari
kedalaman persentuhan kita
tuhan membalut semua cerita itu
dengan kembang-kembang di bibirmu
yang senantiasa kubaca dalam kebugaran cinta.
Jakarta, Nopember 1996
Minggu, 07 Desember 2008
Ledakan Kota-kota
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar