BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 07 Desember 2008

Orkes Pagi Hari

- episode sebuah rumah

Menulis perjalanan itu, bagai kembali dari sebuah pengasingan
aku menemukan kembali rumah yang hilang sekian abad
juga terminal yang ditinggal pergi
tapi siapa mengerti bahwa kekeringan bakal berlanjut
bumi tetap tak menumbuhkan pohon-pohon
dan keningku sunyi karenanya.

Siapa sebenarnya yang tidak berani mencintai
atau menulis pagi dengan warna berbeda
kenyataanlah yang kerap membuat jalanan terbelah
memunculkan kota-kota gemerlap dan kemudian hilang dalam
ketakutan orang-orang sakit
maka aku mengenalmu: kota-kota itu runtuh membentuk
embun kecil di atas daun

Kini kubiarkan pohon-pohon bertumbuhan dan abadi dalam diriku
lalu aku mencatat sejarah yang lewat; disiram matahari dan malam
membentuk kebahagian-kebahagian kecil
dengan begitulah kau tahu bahwa aku berabad-abad melukiskanmu dengan darah di jemariku, wahai
rumah yang selalu menyelimuti tidur jagaku

Mataku tetap akan meluncurkan matahari
meski pohon-pohon meranting memanggil sebuah musim gugur
saat semua harus dilupakan
dan kebahagianku bertambah satu: bahagia telah mengirim gairah musim padamu.

Jakarta, 16 Juli 1997

0 komentar: